Senin, 11 September 2017

BPJS VS AdMedika

Sudah lama banget pengen nge-review kedua layanan asuransi ini, sebagai pengguna kedua layanan asuransi ini saya ingin menginformasikan beberapa hal yang saya alami sebagai pengguna asuransi ini. Well, yang pertama mengenai asuransi kesehatan kita harus tau betul mana saja klinik ataupun rumah sakit yang bekerjasama dengan asuransi kita, istilahnya secara halusnya membeli barang di Amerika menggunakan uang rupiah atau memaksa Amerika menerima uang rupiah dalam setiap transaksi kita, tentunya tidak akan nyambung. Pertama alasan dasar saya memakai BPJS adalah karena sebagai dokter internsip saya diwajibkan memiliki asuransi ini, mau tidak mau, suka tidak suka, harus mau dan harus bayar (maksa banget ya ini sebenarnya) padahal saya sebelumnya sudah punya asuransi dari suami yaitu AdMedika. Jadilah sebuah cerita lucu, gaji saya dipotong untuk bayar BPJS mau tidak mau dan gaji suami tentu otomatis dipotong dari kantor untuk asuransi AdMedika. (double pay!) Asuransi BPJS ini tentulah hanya berlaku di RS Pemerintah dan segelintir rumah sakit swasta. Wah kenapa cuma segelintir rumah sakit swasta? ya karena sistem pembayaran mereka ke pasien itu, misalnya nih, kamu mau pergi ke jakarta cuma dikasih uang jajan 120rb, mau ga mau, suka ga suka, uang segitu harus cukup untuk pulang pergi jakarta, mau kelaparan di jalan atau ongkos nya kurang atau lain2 pokonya harus cukup ga mau tau. Naah kira2 itulah gambarannya.  Sementara Asuransi AdMedika itu dibayarkan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan pengeluaran. Misalnya nih kamu pulang pergi ke jakarta ongkos pp naik bus 120rb, makan di jalan 30rb, naik gojek 15rb total berarti 165rb, dikasihlah sama ibu kamu uang segitu. Enak kan? Tentu. Makanya kebanyakan asuransi AdMedika diterima di rumah sakit swasta karena mereka membayar fasilitas kesehatan sesuai dengan pengeluaran. Sejak itu saya berpikir kenapa BPJS sempat dinyatakan haram oleh MUI, toh memang ada benarnya juga. Selain itu asuransi BPJS ga bisa berhenti seumur hidup, dipakai atau ngga, harus tetap membayar bulanan, kalau ngga malah jadi hutang seumur hidup. Serem deh sampai dibawa hutang seumur hidup segala, bisa jadi penghalang masuk surga dong. Masa nanti pas di alam kubur ada  percakapan kaya gini antara malaikat dan hamba Allah:
"Malaikat, saya udah boleh masuk surga kan?"
"Heh belum, kamu masih nunggak bayar BPJS"
"Tapi kan saya ga pakai asuransinya malaikat"
"Tuh di billing tagihannya masih ada."
Wkwkwk
Oh ya sejalan sama topik tentang orang yang tidak diterima di suatu rumah sakit karena rumah sakit tersebut tidak menerima pasien BPJS, saya sendiri pernah mengalami kok waktu di sebuah RS Swasta di Bandung. Eh jangan salah yang pasien itu tuh sebenarnya kalo menurut saya prosedurnya sudah benar kok, sudah ditangani kegawatdaruratannya cuma kalau untuk masuk ruangan ya memang begitu prosedurnya, beberapa rumah sakit swasta memang ga bekerja sama dengan BPJS. Beginilah percakapan saya dengan admin RS tersebut.
"Jadi bu kira-kira biayanya sekitar 17jt"
"Oh gitu ya mba.." kata saya sambil mikir
"Iya bu... rinciannya sebagai berikut." tuh admin ngasih rincian panjang banget
"Saya punya BPJS mba...bisa ga pake BPJS?"
"Wah RS kita ga nerima BPJS mba"
"Jadi ga nerima BPJS ya mba?"
"Iya mba ... mungkin bisa cari RS lain yang bekerja sama dengan BPJS"
"Kalo asuransi AdMedika mba?" tanya saya lagi penasaran
"Kalo asuransi AdMedika kita menerima mba...mau kelas berapa mba?"
Dan masalahnya pun beres, tanpa bayar yang belasan juta itu tuuuuh.
Sejak masalah itu saya jadi care dengan provider-provider asuransi bahkan sampe sering konsultasi ke hotline asuransi, mana aja yang merupakan RS yang bekerjasama dengan mereka. Dan setelah saya lihat dan bandingkan memang AdMedika ini kerjasama nya dengan RS swasta yang rata-rata terkenal mahal, karena mereka membayar ke RS sesuai dengan fasilitas yang diberikan ke pasien. Jadi excited sama sang suami dengan asuransinya yang TOP abis. Karena saya saja yang tenaga medis, asuransinya hanya BPJS yang you-know-me-so-well lah.
Terus nih karena saya udah bayar BPJS jadi merasa sayang kalau ga dipakai, akhirnya karena kena wasir pas habis melahirkan, saya iseng pakai BPJS. Tau sendiri ya pas habis melahirkan tuh buang air besar jadi susah, sering sembelit, karena motilitas usus yang terganggu. Nah akhirnya datang tuh ke sebuah klinik cukup terkenal di sumedang. Alhasil cuma dikasih paracetamol, dexamethason dan ranitidin. Well, tau sendiri itu obat ga ada yang nyambung sama penyakitnya.
"Dok, ini kan bukan obatnya ya setau saya"
"Iya sih...kan pakai BPJS ya...dana dari BPJSnya ga cukup untuk cover obatnya. Kalo mau paling beli sendiri obatnya"
Weksss. Terus ya dalam hati bertanya. Buat apa saya kesini kalo ujung-ujungnya disuruh beli obat sendiri, dari dulu juga tau kali obatnya. Kan tadinya biar gratis, ga usah bayar. Kan sayang pake BPJS bayar terus tapi ga pernah ngerasain manfaatnya. Akhirnya dengan sedikit dongkol ya sudahlah saya datang ke RS Swasta di Bandung pakai asuransi AdMedika dan alhamdulillah dapat obat yang dimau, GRATIS dan DICOVER AdMedika sampai wasir sembuh. BYE!
Tapi Alhamdulillah kadang-kadang dengan profesi saya seringkali kalo berobat ke dokter malah gratis ga usah bayar, pernah waktu itu berobat anak ke RS Swasta di Bandung, eh ternyata dokternya masih ingat sama saya, padahal saya berharap beliau lupa sama saya, soalnya paling ga enak ya hutang budi, susah bayarnya. Kebetulan asuransi AdMedika anak saya belum jadi, jadinya bayar sebagai pasien umum, begitu di kasir mau bayar, eh kata kasirnya ga usah bayar. Saya jadi bengong. Bayar hutang budi gimana ya caranya? Wkwkwk.
Pernah juga ke dokter gigi, saya kenal sama dokter giginya, dokter itu baru nyadar saya setelah perawatan endodontik, terus jadi malah ga usah bayar. Padahal saya mah ga enakan orangnya, kan kalo perawatan endodontik pakai materialnya bayar, masa saya gratis. Akhirnya meskipun disuruh kontrol lagi untuk perawatan endodontik selanjutnya, saya ga datang ke dokter tersebut karena ga enak kalo ga bayar. Kontrol selanjutnya rela nyetir sendiri sejauh 60 km dan pakai asuransi AdMedika biar gratis. Sebenarnya sih rumah sakit tersebut melayani pasien BPJS juga. Tapi ada kejadian sesuatu waktu itu.
"Pakai asuransi atau umum mba?"
"Asuransi mba"
"Asuransinya apa mba?"
"AdMedika mba"
"Oh ini antriannya, silahkan menunggu, dokternya nanti sebentar lagi datang"
"Oke mba"
Begitu kira-kira percakapan saya dengan admin salah satu RS. Terus tiba-tiba ada bapak-bapak juga yang sama mau berobat. Percakapannya hampir sama dengan saya. Cuma bapak itu pakai BPJS.
"Kalo pakai BPJS pa minimal harus daftar satu hari sebelumnya pak"
Wow, untunglah bilang pakai Ad Medika. Coba kalo saya bilang pakai BPJS pasti harus datang besoknya, mana udah jauh-jauh nyetir 60 km, sendiri pula. SAD.