Sabtu, 01 November 2014

Damn, i love my single way!

Sebuah cerita, sebuah kisah klasik yang dimana pada kenyataannya saya mengakhiri semuanya tanpa alasan yang jelas. Bukan karena ada masalah, bukan pula karena orang ketiga, keempat dan seterusnya. Ya pada kenyataannya saya lebih memilih untuk menjadi single. Single adalah sebuah pilihan, bukan nasib seperti jomblo. Hahaha. Meskipun terkadang banyak teman-teman saya yang bilang,"hati-hati pilihan lama-lama bisa menjadi nasib." Saya sedikit bangga pada anaknya pak jokowi, Kaesang itu, kayanya efek dari sering baca blog pribadinya, dia bangga menjadi seorang jomblo atau terakhir lihat berita Adipati dolken yang memilih untuk fokus memikirkan karirnya. Nampaknya saya juga mulai berpikir demikian untuk sekarang ini. Kebanyakan waktu sekarang ini dipakai untuk dinas siang, jaga malam atau cari uang sebagai kerjaan sampingan. Hehe ternyata punya uang hasil keringat sendiri lebih enak ya meskipun harus begadang semalaman. Oh ya sekarang saya ikut les musik di daerah sekitar kampus maranatha, tempatnya enak, privat dan harga kompetitif untuk  kantong mahasiswa seperti saya. Malam minggu seperti ini juga saya pakai untuk membuat kreasi makanan.
Ini saya sebut roll cheese crispy. Haha. iseng-iseng membuatnya dan sedikit berharap mungkin di masa depan selain membuka klinik pengobatan saya juga ingin membuka usaha di bidang makanan. Amin. Alhamdulillah juga dapat libur 1 minggu, jadi bisa digunakan untuk waktu les musik atau beristirahat di rumah. Padahal tidak sedikit yang heran pada saya kenapa tidak menghabiskan liburan di luar negeri, mungkin karena dulu kalau ada libur sedikit saja saya pasti menyempatkan liburan. Ternyata semua memang ada masanya. Masa sudah saatnya saya berpikir serius dan menata masa depan. Menghabiskan uang dan liburan di luar negeri memang enak sekali, tapi berpikir uang yang saya habiskan tidak sedikit untuk jangka waktu yang pendek dan kesenangan sesaat rasanya lebih baik saya menginvestasikan untuk yang lain. Semoga ke depannya saya bisa lebih baik  lagi. Amin.

Senin, 21 Juli 2014

Indonesia needs a technocrat not just a birocrat

Pemikiran ini sebetulnya sudah lama sekali muncul, yap Indonesia needs a technocrat not just a birocrat. Berkaca terhadap pemimpin-pemimpin terdahulu maupun hingga saat ini, mulai dari Ir. Soekarno. Beliau adalah pemimpin yang paling saya kagumi, bukan saja karena beliau diabadikan sebagai patung lilin di madam tussauds tetapi beliau bagaikan titisan dari gajah mada yang mampu mempersatukan nusantara yang terdiri dari 13.667 pulau (berdasarkan data waktu kelas 5 SD saya dan entah apakah masih bertambah ataukah berkurang sampai saat ini tapi sesuatu sekali saya masih ingat jumlah persis pulau di Indonesia ketika seorang yang berkewarganegaraan Israel bertanya tentang ini kepada saya). Dilihat dari latar belakang beliau adalah seorang arsitek sama sekali bukan seorang yang belajar ilmu politik dan sosial, kehebatan beliau juga mampu membangun Stadion GBK, Mesjid Istiqlal dan juga Monas sebagai icon Indonesia tentu hal ini adalah bagian dari politik mercusuar saat itu. Bayangkan pada saat itu, peralatan perang masih sangat terbatas jangankan membayangkan adanya pesawat untuk membantu memperluas wilayah kekuasaan,zaman sekarang saja untuk mengunjungi wilayah-wilayah Indonesia masih cukup sulit. Beralih ke zaman Soeharto, beliau memang ahli dalam stabilitas keamanan dan juga pertahanan (secara basicnya seorang tentara), namun rupanya keserakahan beliau ini mengantarkan pada akhir yang bahkan sampai sekarang masih dikenang sebagai cikal bakal krisis moneter di Indonesia. Selanjutnya pada masa pemerintahan Soeharto, sebetulnya beliau sudah memiliki gagasan yang cukup baik mengenai teknologi, beliau merekrut Pak Habibie untuk mendirikan IPTN (wih hebat Indonesia bisa bikin pesawat sendiri) dan juga mobil buatan Indonesia yaitu Timor mulai diperkenalkan. Namun sayang seiring dengan krisis moneter yang semakin menjadi kedua hal tersebut gulung tikar, padahal di Malaysia mobil proton buatan negaranya sendiri sampai sekarang semakin cling di negaranya sendiri, model-modelnya pun bervariasi sampai menyerupai mobil sport, bahkan pemerintah Malaysia memberikan subsidi untuk pembelian mobil buatan negara nya sendiri.(ternyata Indonesia hanya ahli sebagai konsumen dibanding produsen). Gubrak. Padahal di Indonesia tidak sedikit pelajar-pelajar yang pintar, yang meneruskan sekolahnya bahkan sampai ke luar negeri. Namun seringkali, setelah mereka sukses di luar negeri mereka enggan kembali ke Indonesia.
"Males ki, Jakarta macet, banjir."
"Ya udah kalo gitu rubah, masa ga bisa."
"Kamu tau? untuk merubah pemikiran rakyat Indonesia terutama para pemimpinnya sangat sulit. Beasiswa dari Indonesia itu sering dianjuk, beda dengan beasiswa yang kita dapatkan dari negara tempat kita belajar yang datang setiap bulan dan tepat waktu. Kamu hitung saja misal biaya kita hidup disini sekitar 9 juta/bulan, jika saya dulu mengajukan beasiswa dari pemerintah Indonesia uang itu sering dianjuk dan hanya datang misalnya dibulan ke-6, selama 6 bulan itu kamu bayangkan darimana dapat 9x6 = 54 juta, pastilah memakai pinjaman uang orang tua dulu, untung saja saya dapat beasiswa bukan dari pemerintah Indonesia jadi datangya tepat waktu setiap bulan, itulah yang terjadi pada teman-teman saya yang mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia.

Point of view!

        Masih terekam dengan jelas peristiwa kala itu, dengan shortime holiday yang hanya 3 hari dengan total 2 hari dihabiskan untuk menunggu boarding pesawat hingga akhirnya waktu full yang dihabiskan disana hanya 1 hari. Petunjuk yang disampaikan sahabat saya saat itu sangatlah jelas, meskipun negeri itu amat asing bagi saya. Ya, kami akhirnya bertemu meskipun tanpa membeli simcard baru di airport. Padahal promo sebuah kartu sim tidak mencapai negeri itu, jadilah awalnya saya sedikit khawatir tidak bisa berkomunikasi disamping fasilitas airport tersebut tidak seenak KLIA yang disediakan wifi gratis. Begitu keluar airport dan mencari bis tujuan untuk selanjutnya disambung dengan BTS, simcard saya menunjukkan,"unknown server". Hampir putus asa dan sedikit mengutuki diri, 'mengapa saya sangat sayang dengan uang untuk sekedar membeli simcard baru?'
        Entah kenapa ditengah situasi kalut seperti itu, tiba-tiba 'network detected' bbm dari sahabat saya masuk. Kami sempat berkomunikasi meski kemudian jaringan tersebut menghilang lagi. Ah, saya akhirnya menggunakan sedikit insting dan bertemulah kami di tempat yang telah ditentukan. Dia datang bersama senyuman bagaikan malaikat yang menolong diikuti dengan abangnya, "AKHIRNYA KITA BERTEMU". Malam itu sudah begitu larut, abangnya pamit untuk kembali ke apartemennya. 
"Ai, sudah makan? mau makan apa? yuk aku anter, aku udah makan tadi sama abang aku." cerita sahabat perempuanku itu.
        Waktu sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam lebih. Tadinya kupikir tempat makanan halal ada di lokasi terdekat. Kami turun ke lobby dan berjalan-jalan namun terhenti dan melihat sekeliling lebih dahulu. Kantor polisi tepat di depan tempat menginap kami, disertai polisi yang berjaga-jaga. Aku  melihat ke ujung jalan dan terlihat gelap. Kubuka google maps untuk mencari sebuah tempat makan, tapi ternyata cukup jauh dari yang sebelumnya kupikirkan. Kami memutar arah kembali dan berjalan ke arah utara, tepat disebelah penginapan kami. Nampaknya seperti sebuah restoran, konsepnya agak mirip Nanny's Pavillon Garden. Tadinya saya akan masuk, tapi tertahan. Sayup-sayup masih teringat kata teman saya bahwa banyak makanan tidak halal di daerah ini. Akhirnya saya mengajak sahabat saya untuk kembali ke penginapan kami dan makan di teras cafe sebelah lobby.
ini pemandangan cafe yang di depan lobby

        Saya merequest sebuah makanan tapi ternyata lebih dari pukul 10 malam mereka tidak menyediakan makanan, kecuali tart atau kue kecil, soft drink, minuman beralkohol serta air mineral. Kali itu  saya memutuskan untuk membeli air mineral saja, naik ke kamar kami di lantai 3 untuk membongkar pop mie yang kubawa dari tanah air dan meminta sahabat saya menunggu di teras cafe di depan lobby. Setelah mengambil pop  mie saya menghampiri dia yang sedang duduk, kami berbincang sambil memperhatikan keadaan sekitar. Tepat di samping kami, sekelompok pemuda yang baru saja selesei berpesta alkohol dengan botol yang berceceran dimejanya, dari pembicaraan nya yang masih bisa ditangkap oleh telinga saya, mereka akan melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat yang boleh dikatakan, "legian streetnya Bali". Saya melanjutkan pembicaraan menarik bersama sahabat saya tersebut sambil menikmati hangatnya pop mie yang dirasa sangat membantu, padahal saya tau bahwa gaster saya menolak dan inilah penyebab gastritis sering kambuh. 
        Tidak terasa, waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam, satu per satu pengunjung mulai pergi. Seorang pengunjung laki-laki, yang awalnya duduk sendirian di ujung, menghampiri kami. Kami berbincang-bincang dan ternyata dia berasal dari Israel. Sebuah negara yang sedang ramai dibicarakan saat ini. Tentang agresi militer mereka yang dilancarkan ke gaza dan entah kapan akan berakhir. 3 orang kematian warga negara israel mereka balas dengan melancarkan serangan  yang hingga saat ini menewaskan 300an orang. Mereka tidak peduli jika yang mereka bunuh bukan hanya golongan hamas tapi juga ibu-ibu dan anak-anak yang tidak berdosa. Gedung-gedung, jalan serta rumah tempat mereka berlindung dihancurkan begitu saja dengan rudal yang mereka banggakan tanpa ampun. Ah, saya memang hanya melihat hal tersebut dari televisi saja, saya juga tidak mampu berbuat apa-apa, tapi hati saya teriris ketika melihat anak-anak yang tidak berdosa itu menjadi korban atas sebuah perang yang tidak tau kapan berakhir. PBB yang notabene mengusung perdamaian dunia hanya sekedar klise saja, dibalik itu ada kendali yang sangat kuat konon orang-orang berdarah Yahudi. Yahudi? ya dia juga Yahudi, berdasarkan rekam jejak yang saya telusuri. A woman research is better than FBI.  
        Sebenarnya saya juga tidak tahu bagaimana Yahudi itu, saya tidak ingin menjelekkan suatu kaum karena begitu saya berhadapan langsung dengan seorang Yahudi yang berasal dari Israel tersebut dia open minded . Dia juga menghormati ketika kami bilang tidak minum-minuman yang beralkohol. Namun, di dalam Al-Qur'an surat Al Isra ayat 4 yang mutlak harus diyakini : 'Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu (kitab dalam ayat tersebut maksudnya kitab taurat yang pertama diturunkan pada mereka sebagai pedoman hidup mereka),"Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar". Ya memang seperti kita ketahui bahwa orang Yahudi itu memang cerdas, siapa yang tidak mengenal Albert Einstein dengan teori relativitasnya yang berhasil mencetuskan pemboman di hiroshima dan nagasaki kala itu untuk memenangkan perang dunia yang hingga saat ini berhasil mengangkat negara Paman Sam menjadi polisi dunia. Siapa juga yang tidak tahu bahwa brand coffe kelas dunia macam starbucks juga Johnson&johnson, aqua serta sederet merek terkenal lainnya yang sangat banyak dan sangat sulit untuk ditulis satu per satu, pemiliknya kebanyakan orang yang berdarah Yahudi. Sejujurnya saya juga tidak tahu tentang peristiwa  Holocaust dimana pada saat itu 'katanya' terjadi pembantaian Yahudi oleh Adolf Hitler apakah benar-benar terjadi atau tidak. Akhir kata, apapun itu yang terjadi hanya Allah lah Yang Maha Mengetahui dan semoga Allah menempatkan tempat terbaik bagi orang-orang yang meninggal karena ada di jalan-Nya. Amin.

Minggu, 02 Maret 2014

First case, completed!


Boleh jadi ini adalah kasus pertama yang saya tangani dari mulai anamnesis, pemeriksaan penunjang sampai pengobatan. Sedikit sotoy sebenarnya, karena saya belum boleh meresepkan obat maupun melakukan penatalaksanaan sepenuhnya alias belum resmi jadi dokter dan jalan untuk menjadi dokter yang sesungguhnya masih panjang sepanjang jalan dari Kutub Utara ke Kutub Selatan. 
Hal ini bermula ketika saya ingin bermaksud pulang ke kampung halaman, sebelumnya saya menelpon dulu ibu saya (tumben-tumbenan). Maka dengan sigap ibu saya pun menangkap sinyal lewat neurotransmitter bahwa telpon saya tersebut mengindikasikan saya minta dijemput, padahal saya nggak bilang loh (Ibu tuh emang paling pengertian banget). Namun ternyata jangan senang dulu sist, beliau bilang,"De, papah ga bisa ngejemput soalnya ga bisa jalan, asam uratnya kambuh. Sekarang aja ga masuk kantor" 
Saya sedikit lunglai sih, tapi ya sudahlah. Mau gimana lagi kalo emang sakit. Lagian saya emang nggak biasa dianter-jemput juga. Harus mandiri lah. Tiba-tiba muncul ide, flashback ke blok biomedik dasar dan blok metabolisme. Apa sih asam urat itu? Rupanya tingkat pencapaian kognitif saya menurut teori Bloom sudah memasuki tahap C3 dan C4 alias tahap penerapan dan analisis meskipun jauh dari tingkatan C5-C6(haha mohon maaf ya dosen pembimbing tercinta). Mulailah terjadi suatu proses recall dari long-term memory. Yap, berdasarkan information processing theory bahwa sebuah informasi dari lingkungan akan masuk ke korteks asosiasi atau cerebri kemudian ditangkap sebagai reseptor selanjutnya diidentifikasi oleh sensory register dan untunglah dari short-term memory masuk ke long-term memory meskipun melalui upaya reinforcement yang lemah dan efektor yang terbentuk rendah. Hahaha. 
Balik lagi ke asam urat. Menurut U.S National Library of Medicine yang tergabung dalam National Institutes of Health, asam urat itu adalah suatu zat kimia sintetis yang terbentuk ketika tubuh memecahnya sebuah substansi yang disebut purin. Menurut pengertian saya setelah melewati blok biomedik dasar dan blok metabolisme ya asam urat itu memang awalnya dari pecahan metabolisme protein, nanti protein tersebut akan terpecah menjadi purin dan pirimidin, nah emang sih, purin ini yang nantinya bisa menjadi cikal bakal asam urat. Dan orang yang asam uratnya sudah menumpuk itu biasanya penyakitnya disebut Gout. Purin itu sendiri terdapat di beberapa makanan dan minuman. Makanan tersebut diantaranya hati, ikan teri, makarel, kacang kering, kacang polong dan bir. (sebenarnya masih banyak sih, cuma males ngetik dan males nyari lagi sumbernya, ini sumbernya cuma dari US Nat. Lib of Medicine yaa:p) nah banyak asam urat itu nantinya dihancurkan di darah dan akan masuk ke ginjal untuk di ekskresi sebagai urin. Andaikan tubuhmu terlalu banyak memproduksi asam urat atau ginjal tidak dapat mengekskresikannya maka akan jatuh tumbang alias sakit. Apabila kadar asam urat terlalu banyak di dalam darah maka disebut hiperurisemia. 
Berdasarkan analisis tersebut, saya mampir ke sebuah apotek untuk membeli obat (ya iyalah masa beli es krim). Nah, obat yang dibeli adalah sebagai berikut.
1. Allupurinol
Kenapa saya pilih ini? ya karena allupurinol ini kerjanya sebagai penghambat enzim xantine oksidase. Apa sih kerjanya si enzim ini? Enzim ini tuh kerjanya mengubah hipoxantin jadi xantin. Nah nantinya kan padahal xantin ini yang akan berubah jadi asam urat. Istilahnya kamu mau ke jakarta dari bandung, sebelum nyampe jakarta dicegat dulu biar ga nyampe jakarta, ntar malah kena banjir. #ganyambung. Tapi kalo ini dikonsumsi dalam waktu lama bisa menyebabkan gangguan ginjal (berhubung ayah saya sudah menderita Gout lebih  5 tahun dan mengkonsumsi obat ini udah kaya makan permen maka perlu diajukan pemeriksaan lab untuk memastikan apakah fungsi ginjalnya masih baik atau tidak)
2. Natrium/Sodium Diclofenac
Kenapa saya pilih ini? ya karena ini salah satu jenis analgetik AINS(Anti Inflamasi Non Steroid) tingkat dewa, bisa dipastikan ayah saya sudah tidak mempan mengkonsumsi analgetik semacam asam mefenamat atau ibu profen. Sebetulnya agak bingung pas ditanya sama apoteker, mau yang dosis 20mg atau 50mg. Dengan tegas saya jawab 50mg (sok tegas sih sebenernya) Hahaha. Tapi hati2 ya, ini bukan untuk pemakaian jangka panjang karena bisa menyebabkan gastric ulcer. 
3. Omeprazole
Kenapa saya pilih ini? ya karena tadi diberikan Sodium/Natrium Diclofenac yang dapat menyebabkan gastric ulcer, maka untuk menghandle side effect nya saya berikan obat yang bisa menahan kerusakan mukosa lambung. Habisnya si AINS tersebut bisa menyebabkan kerusakan mukosa lambung melalui 2 mekanisme: yang pertama itu mengiritasi langsung epitel mukosa lambung dan yang kedua dia menghambat pembentukan prostaglandin padahal si prostaglandin ini berguna untuk mempertahankan mukosa gastrointestinal. Sebetulnya untuk terapi farmakologi tukak lambung bisa diberikan beberapa obat pilihan seperti H2 reseptor antagonis, PPI, Sukralfat, Antasid, dll. Namun omeprazole disini termasuk golongan PPI, yang mekanisme kerjanya mengontrol sekresi asam lambung dengan cara menghambat pompa proton yang mentransfer ion H+ keluar dari sel parietal lambung. Setau saya setelah melewati blok biomedik dasar dan juga blok sistem, PPI ini paling baguslah karena dia juga ga memperberat kerja ginjal beda dengan jenis H2 reseptor antagonis misalnya ranitidine.
Taraaaat! Setelah sampai rumah saya mendapati ayah sedang berbaring di kasur, bahkan untuk berjalan ke kamar mandi saja tidak bisa (akhirnya saya yang menuntun beliau). Untunglah beliau belum minum obat apa-apa dan belum ke dokter juga, jadi saya berikan saja obat hasil yang saya beli. Alhamdulillah dari sore itu sampai sekarang sudah mulai sembuh dan bisa jalan lagi, hingga akhirnya saya menemani beliau untuk check lab dari mulai kadar asam urat, kolesterol, ureum dan kreatinin. Dua pemeriksaan terakhir saya ajukan karena kekhawatiran saya tentang fungsi ginjal beliau (yaitu sudah menderita Gout lebih dari 5 tahun dan mengkonsumsi obat semacam allopurinol). Selain itu, secara teori fisiologis (lebih jelasnya tanya om Guyton) setelah usia 40 tahun jumlah nefron umumnya berkurang sebanyak 10% setiap 10 tahun, karena usia ayah sudah 53th maka jumlah nefronnya kemungkinan sudah berkurang sekitar 13%. 
Setelah check and re-check dan ayah berhasil meminum obat dengan frekuensi 4 kali dalam 2 hari, akhirnya hasil lab menunjukkan keseluruhan dalam batas normal. Faal ginjal yang saya khawatirkan pun, alhamdulillah dalam batas normal (ini penting untuk evaluasi apabila diberikan pengobatan). Namun ada cerita yang lucu dibalik semua ini, usut punya usut, ayah ternyata sebelum diberikan obat oleh saya itu dia ikut-ikutan kata temannya malah di bekam, yang ada malah punggungnya jejas merah-merah seperti bekas luka, mana harga bekam itu lumayan lagi mencapai Rp. 150.000,-( mending kasih aku aja lah behT_T) indikasi dan cara kerjanya pun tidak jelas kalau menurut logika saya yang ada malah begitu saya dapati beliau ga bisa jalan. Mana beliau mau aja ditipu temen kantornya dengan alasan obat herbal berkedok MLM. 
Beliau sih ga berani bilang itu beli sepaket obat herbal MLM itu harganya berapa, tapi berdasarkan hasil investigasi terhadap price tag yang masih tertera total semuanya beliau beli seharga Rp. 620.000,- (pingsan beneran nih saya!) padahal obat yang saya beli untuk beliau harganya berpuluh kali lipat lebih murah loh dari harga ini. Jadi think smart ya! Efektif, efisien! semua obat herbal itu yang cuma sempat beliau minum teh nya aja dan keburu saya marahin. Soalnya sejenis penyakit kaya beliau ini harus banyak minum air putih biar asam uratnya diekskresi lewat urin, sementara teh yang MLM itu bahkan bisa menyerang ke lambung (Nah ayah minum NSAID yang buat analgetik yang bisa efek ke lambung) kalo minum teh itu bisa dibayangkan gastricnya apa kabar?! Selain itu menurut pemikiran saya, obat herbal yang sudah dalam kemasan tersebut tidak murni lagi dari herbal karena saya yakin (entah darimana yakinnya tapi yakin aja!) sudah melalui pencampuran obat-obat lain. Saya analisis yang uricid, itu katanya untuk asam urat tapi ada kontra indikasinya gastric ulcer, jadi saya yakin kalau obat tersebut sudah dicampur analgetik atau AINS.
Tapi saya juga pernah membelikan ibu untuk mengkonsumsi herbal, tapi pilih-pilih dulu, yang benar-benar pure tanpa curiga itu campuran. Sampai-sampai teman ibu ikutan pesan ke saya juga dan sebenarnya waktu itu nanyain lagi saya masih jualan apa ngga (karena lagi not in good mood untuk jualan jadi saya bilang ngga, itupun dulu saya jual karena saya beliin 2, satunya untuk ibu satunya lagi temen ibu pengen). Percaya nggak percaya, polip di hidungnya yang awalnya harus dioperasi setelah mengkonsumsi itu jadi hilang bahkan setelah check ke dokter lagi. Itu agak dimengerti mekanisme kerjanya, melalui proses perbaikan jaringan dan katanya bisa mensensitisasi alergi. Kebetulan ibu habis FNAB jadi untuk mempercepat perbaikan jaringan pake itu,  terus temannya ibu bilang tentang polip nasi itu jadi saya bilang dicoba aja pakai itu soalnya bisa mensensitisasi alergi. Ya, polip nasi itu bisa terbentuk karena alergi dan hal itu dapat menyebabkan penyumbatan di hidung (kebayang tuh ga bisa nafas). Jadi tindakan mekanis yang pasti disarankan dokter operasi, tapi untunglah beliau keburu sembuh. Maka dari itu jagalah kesehatan, karena uang yang banyak sekalipun belum tentu bisa membeli kehidupan.

Selasa, 11 Februari 2014

Whatever it is, Travelling is Possible!


Ini adalah sebuah tulisan yang khusus didedikasikan untuk sahabat-sahabat saya. Sebuah janji yang belum sempat terbayar ketika habis berpetualang kurang lebih selama 8 hari. Caca, tepatnya. Dia yang merequest sebuah tulisan ini karena saya tidak pernah menulis untuk mereka. Jadi dengan segenap perasaan yang mirip nano-nano mari kita untai perjalanan kita.
Sebenarnya perjalanan ini sudah dirancang lumayan lama, meskipun kami awalnya kami agak sedikit pesimis dengan jadwal fakultas yang bisa saja berubah seketika itu juga. Awal tujuan kami sebenarnya untuk menginjakkan kaki di Hongkong, namun karena tiket yang tersedia hanya tinggal untuk 2 orang saja jadilah demi sebuah kata yang berlandaskan "FRATERNITY" saya secara sepihak mengubah rute menjadi Kuala Lumpur-Singapore-Johor Bahru-Singapore-Malacca-Kuala Lumpur dengan pertimbangan setidaknya meskipun kami tidak berangkat berenam, kami bisa berangkat berempat. Sedih juga rasanya ketika yang berangkat hanya terdiri dari 4 orang, padahal kami biasanya berenam. Ya totally i miss  when we were six. 
Perjalanan pertama di mulai dari Kuala Lumpur, setelah window shopping di Suria KLCC dan menonton "introduction show" seorang bule vs wanita india yang membuat saya, nindy dan tassa ngakak setengah mati, kami kembali ke KL Sentral untuk naik kereta api ke Singapore. Ini pengalaman yang cukup mengesankan karena faktanya saya tidak pernah naik kereta api dengan waktu yang lumayan lama yaitu sekitar 7 jam. Padahal paling banter naik kereta tuh cuma Cimahi-Bandung yang hanya memakan waktu 30 menit. Beruntung kami mendapat tempat tidur yang di atas, padahal awalnya agak heboh juga mau pesan pake credit card karena takut kehabisan. Begitu liat tempat tidur nya yang lebih mirip mix dorm, agak butuh perjuangan juga ternyata untuk sampe ke tempat tidur itu. Dengan suara kereta yang cukup mengganggu telinga, saya cuma bisa tidur 3 jam. Haha. Untunglah akhirnya 7 jam itu terlewati sehingga akhirnya kami sampai di imigrasi Singapore.

Masuk imigrasi Singapore memang lebih rempong dibanding imigrasi Malaysia, maklum mungkin karena negara maju jadi lebih jaim. Saya bilang seperti itu bukan tanpa alasan. Lewat petugas imigrasi Malaysia tidak perlu mengisi selebaran kertas apapula itu, begitu di kereta juga petugasnya sendiri yang menghampiri kita. Cukup berbeda dengan imigrasi Singapore, yang harus mengisi selebaran kertas, mana lari-lari pula, rusuh abis lah pokonya. Saking rusuhnya pas hari kedua pulang dari Legoland dan JPO, saya kehilangan kartu STP. Sejenis kartu yang berharga Rp.300.000 untuk transportasi, mungkin bagi sebagian orang tidak begitu bernilai tapi bagi mahasiswa seperti saya cukup sesak juga. Untung saja saya masih punya EZ-Link Card bekas dulu yang masih berlaku sampai Januari 2015. Huftt. Tetap saja esoknya saya beli lagi STP untuk one day pass karena memakai EZ-Link Card dirasa lebih boros.

Begitu keluar woodlands checkpoint, kami langsung menuju bis yang mengantarkan ke stasiun MRT untuk selanjutnya ke Yishun, ya tempat tinggal kami selama di Singapore. Apartemen kami tidak jauh dari stasiun MRT, tepat di sebrangnya yang ada tulisan "Nee Soon East" juga sebelah apartemen kami sebuah mall yaitu North Point Mall. Haha Singapore memang the king of mall. Tapi pada kenyataannya, untuk mengunjungi mall yang letaknya begitu dekat saja kami tidak sempat. Baiklah balik lagi ke apartemen, apartemen itu terdiri dari 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi. Karena saya sebelumnya telah diberitahu password kunci gembok untuk masuk apartemen itu jadi ya tinggal masuk saja. Inilah pemandangan yang terlihat dari apartemen tempat kami menginap.

Apartemen itu hanya dihuni gadis kecil yang lucu, imut-imut bangetlah kaya nindy haha, namanya Josephine. Saya pikir dia masih SMA ternyata cuma beda satu tahun dari saya. Dia kuliah di NAFA (National Fine Arts apa gitu lah ya lupa lagi), toh karena selama ini saya memang hanya berhubungan dengan kakanya untuk urusan sewa apartemen yaitu ka Vicky. Kakanya lulusan sebuah universitas di Perth, Australia dan insting bisnis nya cukup tinggi. Hal ini bisa terlihat dari tumpukan stok barang di apartemennya dan berdasarkan kekepoan saya kalau tidak salah dia director sebuah toko kosmetik di Singapore dan pernah memenangkan awards apa gitu ya lupa lagi lah pokonya. Namun kakanya Josephine yaitu Ka Vicky dan satu lagi lupa, mereka sedang liburan tahun baru china di Bandung (Kebalik sama kita-kita yang malah ke Singapore!). Josephine tidak pulang ke Bandung karena dia bilang ada tugas kuliah yang harus diselesaikan (tega banget tuh dua kakanya, ninggalin adik cewenya seorang diri di apartemen lantai 10 lagi!). Akhirnya waktu 4 hari di Singapore kami habiskan bahkan setiap hari kami pulang hampir mendekati pukul 12 malam. Kalau saja MRT beroperasinya 24 jam mungkin bisa-bisa kami pulang besok subuh. Haha. Malam terakhir di Singapore kami menikmati indahnya fireworks laser yang bernama Song Of the Sea di Beach Station, Sentosa Island. Indah syekalii, berasa dunia cuma milik kita aja yang lain ngontrak.

Oh ya hari pertama di Singapore saya langsung mengantar teman-teman ke USS, namun berhubung tiket USS sekarang mahal (hampir 2x lipat harga waktu dulu saya beli) dan berhubung saya sudah pernah kesana jadi saya hanya mengantar mereka saja. Sisanya saya habisnya untuk berjalan-jalan di National University Hospital (NUH). NUH tersebut merupakan connecting antara stasiun MRT, sebuah universitas, rumah sakit dan mall. Situasinya benar tidak seperti rumah sakit. Saya memutuskan untuk makan di food court nya dan pilihan jatuh ke Penang Street untuk sekedar makan roti prata.

Harga roti prata disini lumayan mahal jika dibandingkan dengan membeli roti prata di little India atau USS. Di little India harganya hanya $1-$2, di USS sekitar $4, sementara disini harganya $6-an karena ditambah dengan pajak restoran dan pelayanan. Overall, untuk rasa sih lumayan enak meskipun curry-nya tidak ada dagingnya padahal kalau beli di USS biasanya curry-nya ada dagingnya. Maklum mungkin karena ini tempat nongkrong para dokter dan dokter muda jadi harganya memang lebih mahal. Kebetulan pula saat saya sedang makan disana banyak para dokter dan dokter muda yang sedang berdiskusi, cara mereka berdiskusi tidak jauh berbeda dengan kami ternyata.

Tidak lupa juga kami membeli ice cream atau orang-orang bilang disini uncle ice cream atau juga kalau di Bandung namanya es krim orchard road. Dua tahun lalu harga es krim ini masih $1 dengan kurs Rp.7500 namun sekarang harganya naik ternyata sodara-sodara, selain yang harganya sekarang jadi $1.20 (kalau beli nya di dekat Bugis Junction) dan $1.50 (kalau belinya di dekat Esplanade) kurs rupiah juga sekarang jadi sekitar Rp.9680. Bikin sesak napas emang kalo segala hal di konversiin apalagi kalo bawa-bawa kalkulator misalnya, pasti itu kalkulator jadi error saking kebanyakan dikonversi. Silahkan tebak mana tangan saya yang diatas? Yaa betul sekali, yang pakai jam tangan dan kulitnya terbakar. Enak sekali tinggal di luar negeri itu, tidak perlu memikirkan warna kulit malah tan skin itu dibilang bagus sampai agnes monica rela jadi hitam kan. Berbeda sekali dengan Indonesia, artis ramai-ramai suntik putih, padahal dicat aja sekalian biar putihnya sama kaya tembok.:P
Hari kelima kami memutuskan untuk mengunjungi Malacca, sebuah kota tua kecil di daerah Malaysia. Awalnya kami berniat memakai kendaraan umum saja untuk mencapai kota itu, tetapi berbekal pengalaman kami ke Legoland, Johor Premium Outlets dan akhirnya kesasar di Terminal Larkin, agak paranoid juga melihat situasi Terminal Larkin yang lebih mirip Terminal Leuwi Panjang. Mengingat Malaysia tidak seaman Singapore maka saya dan teman-teman mengurungkan diri untuk menaiki kendaraan umum lagi. Beruntung teman saya mengontak Atase Pertahanan Indonesia di Malaysia sehingga kami akhirnya dijemput sopir KBRI di Imigrasi Malaysia untuk melanjutkan perjalanan ke Malacca. Nama sopir nya Pak Ramli, beliau baik sekali. Saking baiknya sampai menunggu kami hampir 3 jam karena foto-foto dulu di Garden by the bay :p
Perjalanan ke Malacca tersebut memakan waktu hampir 3 jam lebih sedikit, agak shock ketika diperjalanan, tepatnya di depan mobil KBRI yang kami tumpangi, seorang pejalan kaki bersuku india dijambret handphonenya oleh seorang bersuku melayu dari motor. Beruntung saya tidak melihat secara langsung peristiwa itu karena baru saja membuka mata et causa ketiduran, tapi teriakan yang dijambret terdengar kencang sekali. Caca begitu sangat ketakutan karena dia melihat dengan jelas sebuah proses penjambretan oleh seorang "ragut" dalam bahasa Malaysia, yang berarti perampok. Peristiwa tersebut memaksa kami untuk tetap tinggal di hotel pada malam itu, ditambah dengan nasihat Pak Ramli bahwa memang di Malaysia situasi tidak begitu aman, beliau dan pemilik hotel juga meminta kami untuk tidak kemana-mana dulu malam itu disamping karena masih aura Chinese New Year jadi kebanyakan toko tutup sehingga tidak aman bagi kami, wanita-wanita lucu nan imut ini. Pak Ramli juga mengingatkan kami tentang pentingnya menjaga passport agar tidak dicuri,bisa bahaya kalau passport dicuri. Pulang ke Indonesia nya lagi harus nunggu passport beres. Gubrak! 
Beruntung pula saya memiliki teman yang rumahnya tidak jauh dari kota Malacca. Hampir dua tahun kami tidak bertemu, terakhir bertemu saat di City Hall. Kebetulan ketika status lokasi saya di Yishun (Singapore), dia bilang bahwa akan mentraktir saya tapi kemudian saya malam itu sudah berada di Malacca. Tidak lupa saya menceritakan kejadian yang baru saja kami alami. Dan Alhamdulillah dia mau mengantar kami keliling Malacca. Malam itu dia baru sampai rumahnya sekitar pukul 12 malam, jadi dia meminta saya menunggu jam 12 malam,setelah itu dia akan menghubungi saya karena dia sedang menyetir  dari saremban. Saya nggak "ngeh" kalau Saremban itu jauh, pagi-paginya malah saya suruh menjemput saya dan teman-teman di hotel, mana saya baru sadar juga kalau jarak dari rumahnya ke Malacca lumayan jauh sekitar 1 jam belum lagi macet. Mana saya dari Indonesia nggak bawa oleh2 apa2 (pas cerita ke ibu saya, beliau bilang itu ajaran siapa. salah lagi! sampai ibu saya niat mau maketin oleh2 ke Malaysia gara2 saya sudah menyusahkan dia haha dasar ibu! di peraturannya kan ga boleh ngirim semacam makanan-makanan gitu paling kalo maksain ditahan di bea cukai itu makanan akhirnya). Pagi-pagi sekali dia sudah memarkirkan mobilnya tepat di depan hotel kami, white city car dengan nomor polisi (kalo di Indonesia) JPO 1011. Ini dia penampakan mobil KL gorgor (atau kakak KL dalam bahasa Chinanya) yang baik hati sekali.

Nindy aja sampe bilang,"ai baik banget, di Indonesia mana ada China sebaik itu, senyum terus lagi, kalo di Indonesia atau China yang biasa kita temuin di jalan mah mana ga senyum lagi, ga kenal sih. Haha." Ya iya sih Nin, kalo ga kenal mah kecuali kita kenal dekat kalo ga senyum-senyum banget ditimpuk pake stetoskop. Dia mengajak kami berkeliling dan tidak lupa memilihkan tempat kami sarapan yaitu di Old Town White Coffee. Dia memilihkan tempat makan itu berdasarkan adanya sertifikat halal yang didapat restoran itu padahal dia sendiri non muslim loh. Berbeda sekali dengan teman saya yang dulu mentraktir hainan chicken rice di orchard road, begitu saya tanya kehalalan nya dia bilang,"makan ajalah aku juga sempet dikasih makan pork padahal ga dibilangin itu pork, dibilangin pas udah dimakan" padahal dia muslim-_-
Seusai sarapan kami berjalan-jalan ke daerah jonker street, stadyhust sampai ke pantainya segala sampai ditraktir pula sama dia. Sampai saya merasa bersalah sekali sudah menjadikan dia tukang nyetir, tukang foto, tukang bayarin, tukang nganter-nganter dibayar sama kita ngga, malahan ngabisin bensinnya. Padahal sorenya dia sudah harus ke Singapore, dan tentu saja dia kena macet berjam-jam hingga sampai Singapore baru pukul setengah dua malam dan esoknya jam setengah delapan dia sudah harus masuk kantor. So i just can say thanks for all^^
Setelah itu sore sampai malamnya kami menyusuri Jonker Walk, penuh dengan lautan manusia. Tukang makanan disini lengkap, saya membeli dimsum yang harganya lumayan murah dan juga enak banget. Harga-harga disini juga untuk harga oleh-oleh hampir setengahnya harga toko-toko di KLIA. Tadinya saya ingin sekali makan chicken rice ball famosa tapi berhubung begitu kami pulang tokonya closed karena kehabisan stok. Ya sudahlah. Sepanjang jalan kami juga sedikit was-was karena rupanya Malacca tidak seaman Singapore, cukup banyak yang kalo di Indonesia manggil "hai cewe!" serem amat mana begitu saya lihat dia sedang under control, ya , yang dibawanya minuman keras. Otomatis teman-teman saya langsung ngibrit lari,  mau tidak mau saya juga ikutan lari sampai hotel baru sadar kalo kaki saya lecet. Hadeuuh. (masih beruntung yang lain sudah lecet duluan pas di Singapore sementara saya telat lecetnya)
Esoknya setelah sarapan roti prata di sebuah restoran india, kami dijemput kembali oleh sopir KBRI untuk menuju hotel di bukit bintang, Kuala Lumpur. Di perjalanan Pak Ramli tidak lupa mengisi bensin terlebih dahulu. Harga 1 liter bensin sekitar 2RM. Ternyata mengisi bensinnya tinggal memasukkan uang setelah itu kita turun untuk mengisi bensin sendiri. So, selain harus bisa nyetir juga harus bisa mengisi bensin sendiri.

Hotel kami kali ini berada di pusat kota bahkan ibaratnya tidak susah untuk mencari makanan. Menurut saya, kawasan ini sekaligus "Red Light District"nya Malaysia. Ada banyak wanita cantik disini, tapi perlu ditanyakan "siapa dia" haha subhanallah sekali kali itu saya lewat dan tidak sengaja mendengar orang yang menawar wanita cantik itu seharga 50RM. Buset lah murah banget, seharga parfum KW1 yang dijual di Sungai Wang Plaza. Tapi inilah hidup. Ini lah salah satu cara mensyukuri hidup. Saya mungkin tidak tercipta secantik dia, tetapi saya beruntung lahir dari orang tua yang sangat bertanggung jawab. Sangat beruntung sekali memiliki ayah dan ibu seperti beliau, mendidik saya tidak hanya mengenai duniawi saja. Saya ingat bagaimana beliau sedari kecil, bela-belain membayar ustadz untuk mengaji secara privat atau untuk sekedar belajar bahasa inggris. Dan semua sekarang baru terasa memang benar apa yang dikatakan oleh orang tua. Saya juga baru memahami kenapa dulu sampai SMA saya dilarang punya pacar dan baru sekarang pula saya memahami dan mengerti bahwa larangan mereka tidak pernah salah. Beruntunglah saya tidak pernah berani melanggar meskipun dibelakang mereka karena apa yang saya tanam dulu adalah apa yang saya tuai sekarang. Terima kasih mam pap!
Malamnya kami hanya berjalan-jalan saja di sekitar hotel, karena suasana memang sangat ramai. Saya membeli sate sotong, enak bangetlah kalo ga inget konversi ke rupiah harganya berapa.haha. Saya dan teman-teman juga membeli dimsum lagi, tapi rupanya salah tempat jadi tak seenak ketika beli di Malacca. Akhirnya kami ke KFC, sebenarnya lebih tepatnya mengantar tassa dan caca makan di KFC karena saya dan Nindy hanya membeli meatball soup saja sama softdrink. Sebenarnya karena kekenyangan juga makan terus dan saya pikir butuh softdrink karena mata saya akan terbuka lebih lama. Seterusnya kami mampir ke semacam 7eleven untuk sekedar membeli minum lagi. Tadinya kami ingin berkeliling lebih jauh lagi tapi berhubung kami sempat dikejar-kejar seorang keturunan arab-india yang kata nindy sih lumayan ganteng, dia tiba-tiba udah ada disebelah saya mengejar-ngejar kami sampai ke hotel sambil bilang" ur what's App? Line? Facebook?" dan memaksa kami kembali ke hotel sekaligus bersembunyi di lobby hotel sampai tuh orang bener-bener hilang dari peredaran.   
Hari terakhir kami check out dari hotel, kemudian dijemput kembali oleh sopir KBRI yaitu Pak Ramli. Beliau pula yang mengantar kami ke Genting dan naik cable car. Inilah view yang terlihat ketika di Genting Skyway.

kemudian ke Batu Caves dan akhirnya ke Suria KLCC lagi untuk sekedar membeli oleh-oleh juga karena kami diundang makan bareng oleh Atase Pertahanan Indonesia di Malaysia. Beruntung sekali saya punya teman yang mempunyai koneksi ke kedutaan besar, jadi kami hemat uang makan haha. Mana di traktirnya di rumah makan dalam mall gede lagi. Om yang wakil Atase Pertahanan nya sampai bilang,"Ayo kalian tambah lagi makannya, jangan malu-malu. Jangan-jangan kalian lagi diet." Sambil bercerita tentang sejarah negara malaysia, beliau ternyata baru ditempatkan 3 bulan di Malaysia. Malaysia dulu itu kata beliau seperti kampung, mana ada yang mau jalan-jalan ke sana. Hingga pada tahun 1980-an penduduk Malaysia yang terdiri dari China vs Melayu mulai tidak berimbang karena suku chinese lebih banyak, sehingga untuk menyeimbangkannya pada masa pemerintahan mahatir, beliau meminta kepada presiden soeharto para WNI untuk dijadikan warga negara malaysia. Beliau pula mencontohkan tentang sopir KBRI yaitu Pak Ramli, aslinya orang Pekan Baru tapi sekarang semua keluarganya sudah berkewarganegaraan Malaysia. Bahkan ternyata pelayan restoran tempat kami makan pun dia berasal dari Pasar Antri Cimahi, haha malah setaun sekali dia pulang ke Cimahi. Jadi teringat pula dengan tante dedah dulunya di sumedang yang sekarang bermukim di Sabah, Malaysia. Pada waktu ibu saya bilang kalau saya akan ke Malaysia beliau sangat welcome sekali, bahkan bilang akan ngasih saya uang jajan dan karena punya restoran jadi boleh makan di restorannya gratis tapi saya bilang saya mau ke kuala lumpur, eh ternyata jaraknya jauh sekali, harus naik pesawat lagi. Kalau mau ke beliau turunnya bukan di KLIA tapi di kota kinabalu katanya. yasudahlah. Mungkin beliau dulu juga yang dapat kewarganegaraan gratis juga. Hehe. Sehabis itu Sopir KBRI alias Pak Ramli mengantar kami ke KLIA padahal tadinya mau nganterin ke Putrajaya, hanya karena kami takut ketinggalan pesawat jadi kami memilih untuk langsung ke airport. Tidak lupa saya dan teman-teman membeli oleh2 yang tidak sempat kami beli. Ini salah satu penampakan oleh2 yang dibeli oleh caca.

Akhir kata sekian perjalanan panjang ini, banyak yang tidak bisa diceritakan semuanya karena ketikan jari saya yang terbatas. Terima kasih sahabat-sahabatku, Tassa, Caca, Nindy dan juga KL Fong, yeaah!