Minggu, 02 Maret 2014

First case, completed!


Boleh jadi ini adalah kasus pertama yang saya tangani dari mulai anamnesis, pemeriksaan penunjang sampai pengobatan. Sedikit sotoy sebenarnya, karena saya belum boleh meresepkan obat maupun melakukan penatalaksanaan sepenuhnya alias belum resmi jadi dokter dan jalan untuk menjadi dokter yang sesungguhnya masih panjang sepanjang jalan dari Kutub Utara ke Kutub Selatan. 
Hal ini bermula ketika saya ingin bermaksud pulang ke kampung halaman, sebelumnya saya menelpon dulu ibu saya (tumben-tumbenan). Maka dengan sigap ibu saya pun menangkap sinyal lewat neurotransmitter bahwa telpon saya tersebut mengindikasikan saya minta dijemput, padahal saya nggak bilang loh (Ibu tuh emang paling pengertian banget). Namun ternyata jangan senang dulu sist, beliau bilang,"De, papah ga bisa ngejemput soalnya ga bisa jalan, asam uratnya kambuh. Sekarang aja ga masuk kantor" 
Saya sedikit lunglai sih, tapi ya sudahlah. Mau gimana lagi kalo emang sakit. Lagian saya emang nggak biasa dianter-jemput juga. Harus mandiri lah. Tiba-tiba muncul ide, flashback ke blok biomedik dasar dan blok metabolisme. Apa sih asam urat itu? Rupanya tingkat pencapaian kognitif saya menurut teori Bloom sudah memasuki tahap C3 dan C4 alias tahap penerapan dan analisis meskipun jauh dari tingkatan C5-C6(haha mohon maaf ya dosen pembimbing tercinta). Mulailah terjadi suatu proses recall dari long-term memory. Yap, berdasarkan information processing theory bahwa sebuah informasi dari lingkungan akan masuk ke korteks asosiasi atau cerebri kemudian ditangkap sebagai reseptor selanjutnya diidentifikasi oleh sensory register dan untunglah dari short-term memory masuk ke long-term memory meskipun melalui upaya reinforcement yang lemah dan efektor yang terbentuk rendah. Hahaha. 
Balik lagi ke asam urat. Menurut U.S National Library of Medicine yang tergabung dalam National Institutes of Health, asam urat itu adalah suatu zat kimia sintetis yang terbentuk ketika tubuh memecahnya sebuah substansi yang disebut purin. Menurut pengertian saya setelah melewati blok biomedik dasar dan blok metabolisme ya asam urat itu memang awalnya dari pecahan metabolisme protein, nanti protein tersebut akan terpecah menjadi purin dan pirimidin, nah emang sih, purin ini yang nantinya bisa menjadi cikal bakal asam urat. Dan orang yang asam uratnya sudah menumpuk itu biasanya penyakitnya disebut Gout. Purin itu sendiri terdapat di beberapa makanan dan minuman. Makanan tersebut diantaranya hati, ikan teri, makarel, kacang kering, kacang polong dan bir. (sebenarnya masih banyak sih, cuma males ngetik dan males nyari lagi sumbernya, ini sumbernya cuma dari US Nat. Lib of Medicine yaa:p) nah banyak asam urat itu nantinya dihancurkan di darah dan akan masuk ke ginjal untuk di ekskresi sebagai urin. Andaikan tubuhmu terlalu banyak memproduksi asam urat atau ginjal tidak dapat mengekskresikannya maka akan jatuh tumbang alias sakit. Apabila kadar asam urat terlalu banyak di dalam darah maka disebut hiperurisemia. 
Berdasarkan analisis tersebut, saya mampir ke sebuah apotek untuk membeli obat (ya iyalah masa beli es krim). Nah, obat yang dibeli adalah sebagai berikut.
1. Allupurinol
Kenapa saya pilih ini? ya karena allupurinol ini kerjanya sebagai penghambat enzim xantine oksidase. Apa sih kerjanya si enzim ini? Enzim ini tuh kerjanya mengubah hipoxantin jadi xantin. Nah nantinya kan padahal xantin ini yang akan berubah jadi asam urat. Istilahnya kamu mau ke jakarta dari bandung, sebelum nyampe jakarta dicegat dulu biar ga nyampe jakarta, ntar malah kena banjir. #ganyambung. Tapi kalo ini dikonsumsi dalam waktu lama bisa menyebabkan gangguan ginjal (berhubung ayah saya sudah menderita Gout lebih  5 tahun dan mengkonsumsi obat ini udah kaya makan permen maka perlu diajukan pemeriksaan lab untuk memastikan apakah fungsi ginjalnya masih baik atau tidak)
2. Natrium/Sodium Diclofenac
Kenapa saya pilih ini? ya karena ini salah satu jenis analgetik AINS(Anti Inflamasi Non Steroid) tingkat dewa, bisa dipastikan ayah saya sudah tidak mempan mengkonsumsi analgetik semacam asam mefenamat atau ibu profen. Sebetulnya agak bingung pas ditanya sama apoteker, mau yang dosis 20mg atau 50mg. Dengan tegas saya jawab 50mg (sok tegas sih sebenernya) Hahaha. Tapi hati2 ya, ini bukan untuk pemakaian jangka panjang karena bisa menyebabkan gastric ulcer. 
3. Omeprazole
Kenapa saya pilih ini? ya karena tadi diberikan Sodium/Natrium Diclofenac yang dapat menyebabkan gastric ulcer, maka untuk menghandle side effect nya saya berikan obat yang bisa menahan kerusakan mukosa lambung. Habisnya si AINS tersebut bisa menyebabkan kerusakan mukosa lambung melalui 2 mekanisme: yang pertama itu mengiritasi langsung epitel mukosa lambung dan yang kedua dia menghambat pembentukan prostaglandin padahal si prostaglandin ini berguna untuk mempertahankan mukosa gastrointestinal. Sebetulnya untuk terapi farmakologi tukak lambung bisa diberikan beberapa obat pilihan seperti H2 reseptor antagonis, PPI, Sukralfat, Antasid, dll. Namun omeprazole disini termasuk golongan PPI, yang mekanisme kerjanya mengontrol sekresi asam lambung dengan cara menghambat pompa proton yang mentransfer ion H+ keluar dari sel parietal lambung. Setau saya setelah melewati blok biomedik dasar dan juga blok sistem, PPI ini paling baguslah karena dia juga ga memperberat kerja ginjal beda dengan jenis H2 reseptor antagonis misalnya ranitidine.
Taraaaat! Setelah sampai rumah saya mendapati ayah sedang berbaring di kasur, bahkan untuk berjalan ke kamar mandi saja tidak bisa (akhirnya saya yang menuntun beliau). Untunglah beliau belum minum obat apa-apa dan belum ke dokter juga, jadi saya berikan saja obat hasil yang saya beli. Alhamdulillah dari sore itu sampai sekarang sudah mulai sembuh dan bisa jalan lagi, hingga akhirnya saya menemani beliau untuk check lab dari mulai kadar asam urat, kolesterol, ureum dan kreatinin. Dua pemeriksaan terakhir saya ajukan karena kekhawatiran saya tentang fungsi ginjal beliau (yaitu sudah menderita Gout lebih dari 5 tahun dan mengkonsumsi obat semacam allopurinol). Selain itu, secara teori fisiologis (lebih jelasnya tanya om Guyton) setelah usia 40 tahun jumlah nefron umumnya berkurang sebanyak 10% setiap 10 tahun, karena usia ayah sudah 53th maka jumlah nefronnya kemungkinan sudah berkurang sekitar 13%. 
Setelah check and re-check dan ayah berhasil meminum obat dengan frekuensi 4 kali dalam 2 hari, akhirnya hasil lab menunjukkan keseluruhan dalam batas normal. Faal ginjal yang saya khawatirkan pun, alhamdulillah dalam batas normal (ini penting untuk evaluasi apabila diberikan pengobatan). Namun ada cerita yang lucu dibalik semua ini, usut punya usut, ayah ternyata sebelum diberikan obat oleh saya itu dia ikut-ikutan kata temannya malah di bekam, yang ada malah punggungnya jejas merah-merah seperti bekas luka, mana harga bekam itu lumayan lagi mencapai Rp. 150.000,-( mending kasih aku aja lah behT_T) indikasi dan cara kerjanya pun tidak jelas kalau menurut logika saya yang ada malah begitu saya dapati beliau ga bisa jalan. Mana beliau mau aja ditipu temen kantornya dengan alasan obat herbal berkedok MLM. 
Beliau sih ga berani bilang itu beli sepaket obat herbal MLM itu harganya berapa, tapi berdasarkan hasil investigasi terhadap price tag yang masih tertera total semuanya beliau beli seharga Rp. 620.000,- (pingsan beneran nih saya!) padahal obat yang saya beli untuk beliau harganya berpuluh kali lipat lebih murah loh dari harga ini. Jadi think smart ya! Efektif, efisien! semua obat herbal itu yang cuma sempat beliau minum teh nya aja dan keburu saya marahin. Soalnya sejenis penyakit kaya beliau ini harus banyak minum air putih biar asam uratnya diekskresi lewat urin, sementara teh yang MLM itu bahkan bisa menyerang ke lambung (Nah ayah minum NSAID yang buat analgetik yang bisa efek ke lambung) kalo minum teh itu bisa dibayangkan gastricnya apa kabar?! Selain itu menurut pemikiran saya, obat herbal yang sudah dalam kemasan tersebut tidak murni lagi dari herbal karena saya yakin (entah darimana yakinnya tapi yakin aja!) sudah melalui pencampuran obat-obat lain. Saya analisis yang uricid, itu katanya untuk asam urat tapi ada kontra indikasinya gastric ulcer, jadi saya yakin kalau obat tersebut sudah dicampur analgetik atau AINS.
Tapi saya juga pernah membelikan ibu untuk mengkonsumsi herbal, tapi pilih-pilih dulu, yang benar-benar pure tanpa curiga itu campuran. Sampai-sampai teman ibu ikutan pesan ke saya juga dan sebenarnya waktu itu nanyain lagi saya masih jualan apa ngga (karena lagi not in good mood untuk jualan jadi saya bilang ngga, itupun dulu saya jual karena saya beliin 2, satunya untuk ibu satunya lagi temen ibu pengen). Percaya nggak percaya, polip di hidungnya yang awalnya harus dioperasi setelah mengkonsumsi itu jadi hilang bahkan setelah check ke dokter lagi. Itu agak dimengerti mekanisme kerjanya, melalui proses perbaikan jaringan dan katanya bisa mensensitisasi alergi. Kebetulan ibu habis FNAB jadi untuk mempercepat perbaikan jaringan pake itu,  terus temannya ibu bilang tentang polip nasi itu jadi saya bilang dicoba aja pakai itu soalnya bisa mensensitisasi alergi. Ya, polip nasi itu bisa terbentuk karena alergi dan hal itu dapat menyebabkan penyumbatan di hidung (kebayang tuh ga bisa nafas). Jadi tindakan mekanis yang pasti disarankan dokter operasi, tapi untunglah beliau keburu sembuh. Maka dari itu jagalah kesehatan, karena uang yang banyak sekalipun belum tentu bisa membeli kehidupan.